Kamis, 22 Januari 2015

TANPA KISAH dan CERITA



CHAPTER I.

           Hay, nama aku Ashanty Daranika. Teman-teman akrab memanggilku Dara. Kini aku tepat berusia 16 tahun dan duduk dibangku kelas 2 Sekolah Menengah Pertama. Diusiaku yang ke 16 ini, aku sama sekali belum mengerti apa sih pacaran itu. Suatu hari dikelas ku kedatangan siswa baru dari Bandung, namanya Brama Afandi Pratama. Kelihatannya siswa baru ini sangat sombong sehingga membuat ku selalu ilfeel jika berada didekatnya. Aku memang seorang bendahara kelas, hingga suatu hari ketika ada tugas dari ketua kelas untuk menginformasikan tentang pembayaran buku dikelas yang aku semestinya mengabari anak-anak kelas melalui sms. Setelah semua sms terkirim, aku mendapati satu sms yang membalas, ” Hay Dara, good night ya ” pesan dari sms itu yang membuat ku seketika berhenti mengerjakan tugas kimia ibu Tari. Tugas kimia pun aku tinggalkan untuk meladeni sms yang masuk itu. Dan ponsel ku pun berdering tanda telepon masuk.
” Hallo selamat malam, dengan siapa ini? ” ucap ku dengan halus.
” Hay Ra, aku Brama. Kamu lagi sibuk? ” sahut suara diseberang telpon yang asing bagiku.
” Hmmm, ngga terlalu. Maaf Brama siapa ya? ” ucap ku dengan suara asing itu.
” Inilo aku Brama murid baru dikelas ” sahutnya lagi dengan suara yang semakin halus.
” Owh, ada apa Bram? Pesan yang tadi aku kirim sudah jelas? ” sahut ku mencoba mengalihkan hal yang ingin Brama bicarakan.
” Sudah, Ra. Thanks ya infonya. Bay the way nih, kamu lagi ngapain? ” Oh my god, ngapain sih si anak curut baru ini nanyain hal yang gak mestinya dia tanyakan? Membuatku semakin ilfeel dengan apa yang dia lakukan.
” Ok, eh iya maaf ya aku udah ngantuk nih. Good night ya ” ucap ku dengan nada yang cepat untuk mengakhiri percakapan dengannya dan mematikan telepon. Pesan singkat pun masuk lagi, ternyata dari Brama lagi. ” Hay Ra, kamu kenapa sih? Maafin aku ya udah ganggu malem kamu. Good night cantik ”
            Keesokan paginya, tiba-tiba aku menemui sebatang mawar dan sebatang coklat diatas bangku ku. Aku pandangi seisi ruangan ternyata hanya Shila dan Brama yang sudah datang. Tapi mana mungkin salah satu dari mereka yang menaruh ini diatas bangku ku. Bukan hanya hari ini, peristiwa ini selalu terulang hingga keesokan pagi dan pagi hingga pagi berlalu. Masih selalu bertanya dalam benak ku, sebenarnya siapa yang punya kerjaan setiap pagi menaruhi sebatang mawar dan coklat diatas bangku ku? Hingga suatu hari saat bel istirahat berbunyi, Shila sahabatku mengajak ku untuk pergi ke suatu tempat indah dikota ini. Umbrella Beach, ya ini adalah pantai terindah dikota ini. Aku juga tidak tahu kenapa pantai ini diberi nama Umbrella. Mungkin karena dipantai ini banyak payung yang menghiasi ketika hujan dan teriknya mentari membakar suasana. ” Ngapain kita kesini, Shil? ” tanya ku pada Shila yang begitu sibuk dengan ponselnya.
” Shila, shil? Oke, kalau kamu ajak aku kesini Cuma buat jadi kacang, aku pulang aja! ” ucapku sembari berjalan meninggalkan Shila yang asik dengan ponselnya seperti sedang menunggu seseorang.
” Hei Dara, tunggu sebentar. Aku punya sesuatu buat kamu ” kata Shila yang sembari menahan ku untuk pergi.
” Sesuatu apa? Aku lelah dengan panas terik ini, Shil ” sahut ku sembari mencari tempat untuk berteduh.
” Hayy Dara, apakabar? ” terdengar suara tipis nun lantang itu dari bali telinga ku. Oh god! Ngapain ada Brama disini? Yang aku rasa hanya membuat suasana semakin panas.
” Ra, aku mau tunjukin sesuatu buat kamu. Tapi enggak disini ”
” Sesuatu apaan? Trus dimana? Pindah lokasi lagi? Duhh capek aku kalo musti naikin bejibun tangga itu ” sahut ku dengan nada jutek dan kesel karena Shila memberiku kejutan yang ngga aku harapin sama sekali.
” Udahlah, Ra. Kamu gak boleh gitu, hargai Brama dong! ” timbrungan dari Shila yang membuat telinga ku panas mendengar.
” Oke, aku turuti mau kalian. ” ucap ku masih dengan tampang terpaksa.
Akhirnya kami pun menaiki bejibun tangga di Umbrella Beach itu. Memang suasana sangat teriknya panas dan ulat bulu menghiasi setiap pepohonan disana. Ya memang benar karena saat itu sedang musim hujan dan badai topan menghadang wilayah tepi pantai. Sesampainya kami diatas pantai itu tiba – tiba Brama menggendongku dan berlari menuju arena golf dengan padang rumput yang sangat hijau.
” Dara, aku sadar aku bukan siapa-siapa. Aku hanya murid baru yang belagu ingin lebih dekat dengan sosok cantik dikelas baruku. Kamu pernah bilang sendiri kan ke Shila jika sebuah perasaan itu gak akan pernah bohong dan jangan pernah lewat memendam suatu perasaan. Begitupun dengan ku, aku tak melihat cantiknya fisik mu, Ra. Tapi aku merasakan betapa halusnya perasaan yang kamu miliki. Aku bisa rasakan itu walaupun tiap detik aku menyapa, kamu selalu jutekin aku. Aku tak punya alasan mengapa aku bisa mencintaimu selebih ini, tapi aku punya alasan jika kamu nolak aku. Aku ingin buat kamu bahagia, Ra. ” Omaigat!!!!!!!!! Kenapa dihari ini harus terjadi hal semacam ini? Orang yang paling membuat ku kesal setiap saat aku melihatnya walaupun dimataku fisik dia begitu tampan. Ya, aku akui dia tampan, dia romantis tapi apakah dia setia? Aku gak bisa jamin hal itu karena setiap gadis yang komentar di foto instagramnya pasti sealu dibalas dengan kata ”say” . Huhuhu benar-benar di siang terik itu hatiku berubah jadi mendung walaupun disisi lain aku merasa begitu senang. Senang karena ada orang yang begitu romantis menyatakan perasaannya pada ku.
” Apa aku bisa jamin kesetiaan mu, Bram? ” sahutku masih dengan nada egosiesme dan menatapi bola matanya yang nampak berkaca-kaca.
” Aku bisa buktikan setelah kamu menerima ku, Ra ” ucapnya penuh senyum ketulusan yang aku rasakan dan mengulurkan 3 batang mawar putih, pink dan merah yang masih segar itu.
” Kenapa mawarnya mesti 3, Bram? ”
” Iya, mawar putih ini adalah AKU yang artinya ketulusan perasaan ku pada mu, mawar merah ini adalah CINTA yang artinya real love and everything love dan yang terakhir ini adalah mawar pink yang melambangkan DIRIMU yang begitu anggun bagaikan salju yang memberi kesejukan dihati aku, Ra. I Love You ” Omaigat!!!!!! Aku suka cowok romantis, aku suka cowok tampan semacam dia TAPI haruskah aku menerimanya? Aku tau ini hanya perasaan sementara namun....
” Maaf, Bram. Aku belum bisa... ” ucapku lagi dengan nada pelan dan memandangi wajah Brama yang kian menunduk dan tersenyum kecil bak kekecewaan yang mendalam.
” Aku belum bisa nolak kamu ” aaaaaaaaaaaaa ungkapku sembari memeluknya erat dan dia pun membalas pelukan ku serta kecup dikening. Maafin aku Brama, dulu aku memang benci kamu, namun kini perasaan memang tak bisa bohong. Dalam benci terlarut setets cinta yang kini membuatku kian mencintaimu tanpa harapan yang lebih.
” Semoga kita bisa terus bersama hingga waktu yang memisahkan, Dara ku I Love You ”
” Iya Brama ku, I love you too ”

                     Kini 4 bulan sudah hubunganku dengan Brama. Tepat ditangga ini mestinya kita rayakan hari jadian berdua. Tapi gak tau kenapa perasaanku kacau banget dimalam ini. *kriiiiiiinggg* telepon genggamku pun berbunyi, entah siapa yang menelepon karena tak tampak nomernya.
” Hallo Dara, ini aku Miko sahabat Brama di kelas sebelah. ” terdengar suara terburu-buru disebrang sana yang ternyata itu sahabat Brama yang bernama Miko namu dikelas sebelah. Miko orangnya memang baik banget, keuarga Miko pun udah seakrab saudara dikeluarga ku karena Papanya satu departement dengan Papaku.
” Ada apa, Ko? Kenapa buru-buru? ”
” Temui aku sekarang di white cafe ya, tempat biasa aku sama Brama nongkrong ”
” Loh memangnya ada apa? ”
” Udah, buruan aja kesininya. Urgent, Raaaa!!! ” ucap Miko tergesa-gesa dan menutup telepon. Akhirnya aku pun pergi menuju white cafe tempat Miko dan Brama biasa nongkrong, dan ternyata sesampainya aku disana seketika hatiku remuk!!!!!!! Aku mendapati Brama dan Shila begitu romantis layaknya sepasang kekasih tak berdosa. Jujur saja, selama 4 bulan hubunganku dengan Brama, tak seberapa romantisnya pada ku. Tak seromantis dia dengan Shila malam ini. Benar-benar hubungan kita tanpa kisah dan cerita. Aku tak lama berbincang dengan Miko karena aku mengambil keputusan untuk segera pulang dan menenangkan diri.


            Hari ini hari dimana kelulusan tiba, 2 bulan sudah hubungan ku digantung Brama. Namun aku sudah menganggapnya hilang dari hidupku. Memang benar apa yang dia ungkapkan dulu ke aku, itu semua palsu. Hanya menghabiskan waktu dan suara. Begitupun dengan Shila yang tak seperti biasanya bersamaku. Semenjak kejadian malam itu di white cafe, shila pindah duduk bersama Brama dan tanpa komunikasinya lagi denganku. Entah itu karena Ia mau atau memang sengaja ingin up to up dengan kekasihnya yang masih status resmi denganku, huuhhh SO BAD BOY BRAMA!!! YOU ARE SO BAD!!!! Kata-kata yang selalu meledak dipikiranku ketika ingat mereka.
” Ra.. ”
” Ada apa? ”
” Maaf ya, ”
” Maaf buat apa, Bram? ”
” Kamu pasti peka ”
” Apa selalu aku yang harus peka? Peka kamu kemana sebagai cowok? Giliran pandangan pertama aja kamu segitu ngemisnya cinta ke aku, tapi setelah berlalu apa yang kamu beri? Apa? Tanpa kisah dan cerita, Bram!!! Kamu tak ungkap putus pun, aku sudah putusin kamu sejak malam kemarin date kamu bareng shila di white cafe! Puas?!! ” ucapku dengan lega dan melemparkan tamparan dipipinya untuk kekesalan ini.
Kekecewaan dan penyesalan itu memang datangnya belakangan. Semenjak kejadian itu, aku muai sadar bahwa sebuah cinta dari anak ingusan itu hanya monyet, hanya cinta milik monyet!!!! Keselnya kelewatan banget nih, sampai-sampai semua didekatku jadi imbasnya. Tapi syukur saja karena secepatnya aku akan pisah dengan mereka. Ya, semoga saja jalan hubungan mereka indah seindah apa yang aku rasakan di AWAL mengenal Brama.
Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar