CHAPTER I.
Hay, nama aku Ashanty Daranika. Teman-teman akrab memanggilku Dara. Kini aku tepat berusia 16 tahun dan duduk dibangku kelas 2 Sekolah Menengah Pertama. Diusiaku yang ke 16 ini, aku sama sekali belum mengerti apa sih pacaran itu. Suatu hari dikelas ku kedatangan siswa baru dari Bandung, namanya Brama Afandi Pratama. Kelihatannya siswa baru ini sangat sombong sehingga membuat ku selalu ilfeel jika berada didekatnya. Aku memang seorang bendahara kelas, hingga suatu hari ketika ada tugas dari ketua kelas untuk menginformasikan tentang pembayaran buku dikelas yang aku semestinya mengabari anak-anak kelas melalui sms. Setelah semua sms terkirim, aku mendapati satu sms yang membalas, ” Hay Dara, good night ya ” pesan dari sms itu yang membuat ku seketika berhenti mengerjakan tugas kimia ibu Tari. Tugas kimia pun aku tinggalkan untuk meladeni sms yang masuk itu. Dan ponsel ku pun berdering tanda telepon masuk.
Hay, nama aku Ashanty Daranika. Teman-teman akrab memanggilku Dara. Kini aku tepat berusia 16 tahun dan duduk dibangku kelas 2 Sekolah Menengah Pertama. Diusiaku yang ke 16 ini, aku sama sekali belum mengerti apa sih pacaran itu. Suatu hari dikelas ku kedatangan siswa baru dari Bandung, namanya Brama Afandi Pratama. Kelihatannya siswa baru ini sangat sombong sehingga membuat ku selalu ilfeel jika berada didekatnya. Aku memang seorang bendahara kelas, hingga suatu hari ketika ada tugas dari ketua kelas untuk menginformasikan tentang pembayaran buku dikelas yang aku semestinya mengabari anak-anak kelas melalui sms. Setelah semua sms terkirim, aku mendapati satu sms yang membalas, ” Hay Dara, good night ya ” pesan dari sms itu yang membuat ku seketika berhenti mengerjakan tugas kimia ibu Tari. Tugas kimia pun aku tinggalkan untuk meladeni sms yang masuk itu. Dan ponsel ku pun berdering tanda telepon masuk.
” Hallo selamat malam, dengan siapa ini? ” ucap ku
dengan halus.
” Hay Ra, aku Brama. Kamu lagi sibuk? ” sahut
suara diseberang telpon yang asing bagiku.
” Hmmm, ngga terlalu. Maaf Brama siapa ya? ” ucap
ku dengan suara asing itu.
” Inilo aku Brama murid baru dikelas ” sahutnya
lagi dengan suara yang semakin halus.
” Owh, ada apa Bram? Pesan yang tadi aku kirim
sudah jelas? ” sahut ku mencoba mengalihkan hal yang ingin Brama bicarakan.
” Sudah, Ra. Thanks ya infonya. Bay the way nih,
kamu lagi ngapain? ” Oh my god, ngapain sih si anak curut baru ini nanyain hal
yang gak mestinya dia tanyakan? Membuatku semakin ilfeel dengan apa yang dia
lakukan.
” Ok, eh iya maaf ya aku udah ngantuk nih. Good
night ya ” ucap ku dengan nada yang cepat untuk mengakhiri percakapan dengannya
dan mematikan telepon. Pesan singkat pun masuk lagi, ternyata dari Brama lagi.
” Hay Ra, kamu kenapa sih? Maafin aku ya udah ganggu malem kamu. Good night
cantik ”
Keesokan
paginya, tiba-tiba aku menemui sebatang mawar dan sebatang coklat diatas bangku
ku. Aku pandangi seisi ruangan ternyata hanya Shila dan Brama yang sudah
datang. Tapi mana mungkin salah satu dari mereka yang menaruh ini diatas bangku
ku. Bukan hanya hari ini, peristiwa ini selalu terulang hingga keesokan pagi
dan pagi hingga pagi berlalu. Masih selalu bertanya dalam benak ku, sebenarnya
siapa yang punya kerjaan setiap pagi menaruhi sebatang mawar dan coklat diatas
bangku ku? Hingga suatu hari saat bel istirahat berbunyi, Shila sahabatku
mengajak ku untuk pergi ke suatu tempat indah dikota ini. Umbrella Beach, ya
ini adalah pantai terindah dikota ini. Aku juga tidak tahu kenapa pantai ini
diberi nama Umbrella. Mungkin karena dipantai ini banyak payung yang menghiasi
ketika hujan dan teriknya mentari membakar suasana. ” Ngapain kita kesini,
Shil? ” tanya ku pada Shila yang begitu sibuk dengan ponselnya.
” Shila, shil? Oke, kalau kamu ajak aku kesini
Cuma buat jadi kacang, aku pulang aja! ” ucapku sembari berjalan meninggalkan
Shila yang asik dengan ponselnya seperti sedang menunggu seseorang.
” Hei Dara, tunggu sebentar. Aku punya sesuatu
buat kamu ” kata Shila yang sembari menahan ku untuk pergi.
” Sesuatu apa? Aku lelah dengan panas terik ini,
Shil ” sahut ku sembari mencari tempat untuk berteduh.
” Hayy Dara, apakabar? ” terdengar suara tipis nun
lantang itu dari bali telinga ku. Oh god! Ngapain ada Brama disini? Yang aku
rasa hanya membuat suasana semakin panas.
” Ra, aku mau tunjukin sesuatu buat kamu. Tapi
enggak disini ”
” Sesuatu apaan? Trus dimana? Pindah lokasi lagi?
Duhh capek aku kalo musti naikin bejibun tangga itu ” sahut ku dengan nada
jutek dan kesel karena Shila memberiku kejutan yang ngga aku harapin sama
sekali.
” Udahlah, Ra. Kamu gak boleh gitu, hargai Brama
dong! ” timbrungan dari Shila yang membuat telinga ku panas mendengar.
” Oke, aku turuti mau kalian. ” ucap ku masih
dengan tampang terpaksa.
Akhirnya kami pun menaiki bejibun tangga di
Umbrella Beach itu. Memang suasana sangat teriknya panas dan ulat bulu
menghiasi setiap pepohonan disana. Ya memang benar karena saat itu sedang musim
hujan dan badai topan menghadang wilayah tepi pantai. Sesampainya kami diatas
pantai itu tiba – tiba Brama menggendongku dan berlari menuju arena golf dengan
padang rumput yang sangat hijau.
” Dara, aku sadar aku bukan siapa-siapa. Aku hanya
murid baru yang belagu ingin lebih dekat dengan sosok cantik dikelas baruku.
Kamu pernah bilang sendiri kan ke Shila jika sebuah perasaan itu gak akan
pernah bohong dan jangan pernah lewat memendam suatu perasaan. Begitupun dengan
ku, aku tak melihat cantiknya fisik mu, Ra. Tapi aku merasakan betapa halusnya
perasaan yang kamu miliki. Aku bisa rasakan itu walaupun tiap detik aku
menyapa, kamu selalu jutekin aku. Aku tak punya alasan mengapa aku bisa
mencintaimu selebih ini, tapi aku punya alasan jika kamu nolak aku. Aku ingin
buat kamu bahagia, Ra. ” Omaigat!!!!!!!!! Kenapa dihari ini harus terjadi hal
semacam ini? Orang yang paling membuat ku kesal setiap saat aku melihatnya
walaupun dimataku fisik dia begitu tampan. Ya, aku akui dia tampan, dia
romantis tapi apakah dia setia? Aku gak bisa jamin hal itu karena setiap gadis
yang komentar di foto instagramnya pasti sealu dibalas dengan kata ”say” .
Huhuhu benar-benar di siang terik itu hatiku berubah jadi mendung walaupun
disisi lain aku merasa begitu senang. Senang karena ada orang yang begitu romantis
menyatakan perasaannya pada ku.
” Apa aku bisa jamin kesetiaan mu, Bram? ” sahutku
masih dengan nada egosiesme dan menatapi bola matanya yang nampak berkaca-kaca.
” Aku bisa buktikan setelah kamu menerima ku, Ra ”
ucapnya penuh senyum ketulusan yang aku rasakan dan mengulurkan 3 batang mawar
putih, pink dan merah yang masih segar itu.
” Kenapa mawarnya mesti 3, Bram? ”

” Maaf, Bram. Aku belum bisa... ” ucapku lagi
dengan nada pelan dan memandangi wajah Brama yang kian menunduk dan tersenyum
kecil bak kekecewaan yang mendalam.
” Aku belum bisa nolak kamu ” aaaaaaaaaaaaa
ungkapku sembari memeluknya erat dan dia pun membalas pelukan ku serta kecup
dikening. Maafin aku Brama, dulu aku memang benci kamu, namun kini perasaan
memang tak bisa bohong. Dalam benci terlarut setets cinta yang kini membuatku
kian mencintaimu tanpa harapan yang lebih.
” Semoga kita bisa terus bersama hingga waktu yang
memisahkan, Dara ku I Love You ”
” Iya Brama ku, I love you too ”
Kini
4 bulan sudah hubunganku dengan Brama. Tepat ditangga ini mestinya kita rayakan
hari jadian berdua. Tapi gak tau kenapa perasaanku kacau banget dimalam ini.
*kriiiiiiinggg* telepon genggamku pun berbunyi, entah siapa yang menelepon
karena tak tampak nomernya.
” Hallo Dara, ini aku Miko sahabat Brama di kelas
sebelah. ” terdengar suara terburu-buru disebrang sana yang ternyata itu
sahabat Brama yang bernama Miko namu dikelas sebelah. Miko orangnya memang baik
banget, keuarga Miko pun udah seakrab saudara dikeluarga ku karena Papanya satu
departement dengan Papaku.
” Ada apa, Ko? Kenapa buru-buru? ”
” Temui aku sekarang di white cafe ya, tempat
biasa aku sama Brama nongkrong ”
” Loh memangnya ada apa? ”
” Udah, buruan aja kesininya. Urgent, Raaaa!!! ”
ucap Miko tergesa-gesa dan menutup telepon. Akhirnya aku pun pergi menuju white
cafe tempat Miko dan Brama biasa nongkrong, dan ternyata sesampainya aku disana
seketika hatiku remuk!!!!!!! Aku mendapati Brama dan Shila begitu romantis
layaknya sepasang kekasih tak berdosa. Jujur saja, selama 4 bulan hubunganku
dengan Brama, tak seberapa romantisnya pada ku. Tak seromantis dia dengan Shila
malam ini. Benar-benar hubungan kita tanpa kisah dan cerita. Aku tak lama
berbincang dengan Miko karena aku mengambil keputusan untuk segera pulang dan
menenangkan diri.
Hari
ini hari dimana kelulusan tiba, 2 bulan sudah hubungan ku digantung Brama.
Namun aku sudah menganggapnya hilang dari hidupku. Memang benar apa yang dia
ungkapkan dulu ke aku, itu semua palsu. Hanya menghabiskan waktu dan suara.
Begitupun dengan Shila yang tak seperti biasanya bersamaku. Semenjak kejadian
malam itu di white cafe, shila pindah duduk bersama Brama dan tanpa
komunikasinya lagi denganku. Entah itu karena Ia mau atau memang sengaja ingin
up to up dengan kekasihnya yang masih status resmi denganku, huuhhh SO BAD BOY
BRAMA!!! YOU ARE SO BAD!!!! Kata-kata yang selalu meledak dipikiranku ketika
ingat mereka.
” Ra.. ”
” Ada apa? ”
” Maaf ya, ”
” Maaf buat apa, Bram? ”
” Maaf buat apa, Bram? ”
” Kamu pasti peka ”
” Apa selalu aku yang harus peka? Peka kamu kemana
sebagai cowok? Giliran pandangan pertama aja kamu segitu ngemisnya cinta ke
aku, tapi setelah berlalu apa yang kamu beri? Apa? Tanpa kisah dan cerita,
Bram!!! Kamu tak ungkap putus pun, aku sudah putusin kamu sejak malam kemarin
date kamu bareng shila di white cafe! Puas?!! ” ucapku dengan lega dan
melemparkan tamparan dipipinya untuk kekesalan ini.
Kekecewaan dan penyesalan itu memang datangnya
belakangan. Semenjak kejadian itu, aku muai sadar bahwa sebuah cinta dari anak
ingusan itu hanya monyet, hanya cinta milik monyet!!!! Keselnya kelewatan
banget nih, sampai-sampai semua didekatku jadi imbasnya. Tapi syukur saja
karena secepatnya aku akan pisah dengan mereka. Ya, semoga saja jalan hubungan
mereka indah seindah apa yang aku rasakan di AWAL mengenal Brama.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar